Friday, September 12, 2008

Garis Putih
Oleh : Reza Ervani

Hari-hari ini penulis seringkali masih berada di jalur Jakarta - Bandung menjelang tengah malam. Tapi entah mengapa malam ini menjadi sedikit berbeda. Mungkin karena sesi muhasabah yang penulis lakoni sebelum perjalanan pulang.

Pandangan penulis tertarik dengan sendirinya ke garis putih di sepanjang jalan. Ada yang putus-putus, ada pula yang terus tak terputus dari Jakarta hingga Bandung.

Jika siang hari, garis-garis ini lebih sering kita abaikan. Jalan yang begitu luas atau pemandangan di kiri dan kanan jalan mungkin lebih mengasyikkan daripada sekedar merenungkan garis yang seakan tanpa arti. Abai kita karena kurang asyiknya garis itu untuk dinikmati, tak terasa manfaat dan peran pentingnya.

Tapi saat malam-malam ini, garis-garis itu terasa sekali kekuatannya. Ia membantu kita menyusuri jalan, yang kadang tak terjangkau oleh sorot lampu kendaraan.

Ada garis-garis melintang yang mengisyaratkan bahwa di depan ada cabang jalan, janganlah sampai kita menabrak pemisah antara keduanya. Ada garis panjang bahu jalan, yang menjaga kita untuk tidak terlalu kepinggir dan terperosok.

Penulis teringat Al Quran. Petunjuk yang sering kita abaikan.
Mungkin karena pemandangan kiri dan kanan lebih asyik dan melenakan.
Mungkin karena musik yang asyik di dalam kendaraan.
Atau mungkin karena kita terlelap tidur hingga tak sadar.

Tapi saat gelap gulita, barulah terasa akan butuhnya sebuah panduan, yang menjaga kita tetap ditengah, tak terjerembab saat mengarungi perjalanan. Entah berapa banyak yang bisa tergelincir jika ia tak ada di hadapan.

Mudah-mudahan tidak demikian adanya.

Allahumarhamna bil Quran.

Bandung, Sahur 13 Ramadhan 1429