Sunday, March 01, 2009

Menjadi Uswah, bukan Selebritis
Oleh : Reza Ervani

Bismilahirrahmanirrahiim

Beberapa hari terakhir, begitu banyak pelajaran berharga yang bisa penulis petik dari pertemuan dengan orang-orang hebat. Hebat dalam artian memiliki pengalaman perjalanan ruhiyah yang panjang, yang menempa mereka menjadi bijak dalam memandang dunia; Hebat dalam segala kesederhanaan dan kebersahajaan; Hebat dalam semangat berbagi dan menasehati dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Beberapa hari terakhir, penulis juga banyak mendapatkan paparan kisah nyata hebat, tentang betapa amal personal jauh lebih lemah dibandingkan amal sistemik dan jama’i. Bahwa posisi individu sebagai perintis tidak boleh berkembang jauh menjadi pengkultusan dan hierarki kerucut – yang secara sadar maupun tidak sadar – menumbuhkembangkan budaya taqlid.

Di Era Media Massa, zaman Web 2.0 saat ini, gampang bagi orang untuk kemudian muncul dengan berbagai macam gayanya, dengan berbagai nilainya. Hanya saja, kadang kita terjebak dengan sangat mudah, untuk mengidentikkan nilai yang populer sebagai nilai yang benar. Menjadikan wajah yang muncul sehari-hari sebagai rujukan kebenaran.

Ada sebuah hadits Rasulullah saw yang begitu menggugah :

Alangkah bagusnya seorang hamba yang memegang kendali kudanya di jalan Allah, rambutnya kusut, kakinya berdebu. Jika mendapat tugas berjaga ia berjaga. Jika tugasnya di barisan belakang tetap di belakang dan jika di depan tetap di depan (Hadits Riwayat Bukhari)

Tentang hadits ini Ibnul Jauzi berkata, “Artinya ia tidaklah disebut-sebut, tidak menginginkan ketinggian. Jika diberi tugas untuk berjalan, ia berjalan, seakan Rasulullah berkata. “Jika berjaga malam (hirasah) terus menerus berjaga dan jaga bertugas di barisan belakang senantiasa di sana.”

Sementara Ibnu Hajar berkata, “Pada hadits itu terdapat anjuran untuk membuang kecintaan terhadap riyasah (ambisi kepemimpinan) dan popularitas, serta keutamaan ketidakterkenalan dan tawadhu.”

Satu hal yang juga yang penulis catat, bahwa bahaya popularitas tidaklah hanya mengancam individu per individu saja, tapi juga dapat merasuki sebuah barisan atau sebuah golongan, dan ini menjadikan tingkat bahayanya menjadi lebih besar, karena keyakinan bersama terhadap sebuah nilai yang salah, akan membentuk sebuah sistem yang semakin susah untuk digugat, seperti kisah Raja dan Pakaian Barunya yang tidak terlihat.

Perjalanan ini memberikan sebuah pembelajaran baru, bahwa seorang pelajar haruslah mulai belajar untuk tidak bercita-cita menjadi orang yang terkenal, tapi berupaya keras menjadi teladan, uswah hasanah, yang mungkin saja tak sempat tercatat oleh sejarah, tetapi memberikan goresan luar biasa dalam membentuk peradaban yang anggun, kokoh dan berdiri diatas nilai-nilai kebenaran hakiki.

Mudah-mudahan kitalah mereka itu.

Amin.

Allahu 'Alam