Saturday, December 15, 2007



Penulis Suka Hujan
Oleh : Reza Ervani
www.rezaervani.com

"Ketika hujan turun, seakan-akan ada atap yang menaungi bumi"
(Dare Devil)

Penulis suka kalimat itu, seperti pula penulis menyukai saat-saat hujan turun dengan lebat.

Suara hempasan air ke tanah atau genting-genting rumah melahirkan alunan melodi sendiri yang sangat indah. Begitu indahnya sehingga ia mampu menggali dan merekam kenangan sekaligus.

Penulis suka Hujan ...
Dulu ketika kecil, kami sepulang sekolah sering bermain di bawah hujan. Kadang-kadang selembar dua lembar kertas dari buku tulis yang memang sudah tipis rela kami korbankan untuk membuat kapal-kapalan, menghanyutkannya di aliran air pinggir jalan tanpa selokan, berlari dan menebak-nebak arah geraknya. Sebuah keasyikan yang akan senantiasa terukir dalam kenangan indah masa kecil.

Penulis suka Hujan ...
Karena saat hujan ada ketenangan yang sulit digambarkan
Ketenangan yang membuat hati seakan bertemu kawan sejati. Dalam pejaman mata, gambaran rumah papan kecil tempat kami dulu tinggal sekeluarga, pasir dengan goresan-goresan sapu lidi di halaman depan, hingga ember-ember yang berjejer untuk menampung air yang lolos dari halangan genting rumah, menjadi semakin indah seiring bertambahnya usia.

Penulis suka Hujan ...
Semoga ia membawa cinta kepada Yang Menurunkan Hujan

Amin



"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman."
(Al Quran Al Karim Surah Al An'aam ayat 99)

(Original Writing by Reza Ervani at Daarut Tauhid)
komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

Monday, December 10, 2007

Menunggu
oleh : Reza Ervani
http://www.rezaervani.com/

Ada yang bilang bahwa menunggu itu membosankan ...
Benarkah ?

Menunggu ...
Seperti yang kulakukan saat menulis ini
Duduk di stasion gambir menunggu kereta Jakarta - Bandung yang baru akan tiba sekitar 1 jam lagi. Menjadi jelas apa yang kulakukan karena memang apa yang sedang kunantikan kemungkinan besar akan tiba.

Aku tetap duduk menunggu, karena alasanku untuk tetap duduk memang ada. Bahkan menjadi sebuah kenikmatan, karena sambil menunggu akau bisa bermain dengan kata, menulis buku harianku dengan pensil kesayangan. Dua benda yang kini selalu menemani kemanapun aku pergi.

Kadang saat menunggu, bertemu pula aku dengan teman bicara yang hangat, seperti pula yang kutemukan sore ini. Lelaki paruh baya, pengusaha itik asal Surabaya. Pak Hasan namanya ....

Beliau juga sedang menunggu, bahkan lebih lama dariku. Keretanya baru akan tiba nanti pukul lima, sedangkan aku pukul tiga saja, tersisa sekitar 30 menit lagi waktu menunggu. Dan memang, tiap kita punya waktu tunggu masing-masing.

Menunggu ...
Dari sholat ke sholat ...
Dari Jumat ke Jumat ...
Dari Ramadhan ke Ramadhan ...
Dari Kehidupan ke Kehidupan ... yang lebih abadi ...

Dan ...
Kita semua menunggu
Entah itu dalam bosan atau keriangan ...


Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
(Al Quran Al Karim Surah Al An'aam ayat 32)


Stasiun Gambir, 6 Desember 2007
(Original Writing by Reza Ervani)
komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

Sunday, December 09, 2007

Egoisme Nasihat
Oleh : Reza Ervani
www.rezaervani.com


"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhamu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk" (Al Quran Al Karim Surah An Nahl ayat 125)

Jika ingin digeneralisasi, hanya akan ada 2 (dua) perspektif perilaku manusia :

1. Perilaku yang berorientasi keakuan
2. Perilaku yang berorientasi kepedulian

Sangat tipis batas antara keduanya

Terkadang, apa yang kita rasa, kita lakukan karena peduli dengan orang lain, tak lebih hanyalah bentuk keakuan kita, atau mungkin tercampur dengan setitik ego yang sebenarnya telah menyebabkannya lepas dari nilai sejatinya.

Itupula yang menyebabkan nasehat-nasehat kita menjadi tidak atau kurang bertenaga. Kita goreskan nasehat, atau kita sampaikan petuah, seringkali lebih dikarenakan keinginan kita untuk menunjukkan bahwa diri kita paham agama. Seringkali tindak pelurusan kesalahan lebih didorong oleh keakuan kita yang merasa berhak meluruskan, bukan karena dorongan kewajiban yang tulus.

Lalu dari sanalah lalu tampak nyata seringnya kita memandang sesuatu yang dinasehati sebagai objek, bukan subjek nasehat.

Kita lebih sering mengambil posisi sebagai hakim dibanding sahabat.

Egoisme nasehat ... ia mungkin sudah mendarah daging
Bahkan mungkin kau bisa temukan dengan mudah dalam bahasa tulisan ini.

Naudzubillahi min dzalik

Robbana dzhalamna anfusana, wa inlam taghfirlana, wa tarhamna lana kunana minal khosirin

Amin

Muntok, 5 Desember 2007
Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani